Masalah Maulid
Maulid yang dimaksud di sini adalah acara yang biasa digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Acara ini umum dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia dengan tata-cara yang berlainan satu sama lain. Dalam ajaran Wahabi maulid haram hukumnya bagaimanapun bentuk dan tujuannya. Salah satu rujukan sekte Wahabi, Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz berfatwa :
لا يجوز الاحتفال بمولد الرسول صلى الله عليه وسلم ، ولا غيره ؛ لأن ذلك من البدع المحدثة في الدين ؛ لأن الرسول صلى الله عليه وسلم لم يفعله ، ولا خلفاؤه الراشدون ، ولا غيرهم من الصحابة ـ رضوان الله على الجميع ـ ولا التابعون لهم بإحسان في القرون المفضلة ، وهم أعلم الناس بالسنة ، وأكمل حباً لرسول الله صلى الله عليه وسلم ومتابعة لشرعه ممن بعدهم .
"Tidak boleh merayakan maulid Rasul -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- dan tidak pula maulid (ulang tahun) selainnya, karena hal itu adalah termasuk di antara bid’ah-bid’ah yang dimunculkan dalam agama. Rasul -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- tidak pernah mengerjakannya, tidak pula para khalifah beliau yang mendapatkan petunjuk, tidak pula selain mereka dari kalangan para sahabat -ridhwanullahi ‘alaihim-, dan tidak pula orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pada zaman-zaman keutamaan. Padahal mereka adalah manusia yang paling mengetahui tentang sunnah, lebih sempurna kecintaannya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam-, dan lebih mengikuti syari’at beliau dibandingkan orang-orang setelah mereka."
[At-Tahdzir minal Bida’, hal. 7-8]
Pernyataan beliau mengenai para salaf yang tidak pernah melakukannya merupakan pernyataan yang tidak dapat dibuktikan. Sebab terdapat kemungkinan sebagian mereka melakukannya tanpa diketahui siapa pun. Lantas, bagaimana beliau bisa dengan yakin menyatakan bahwa seluruh salaf tidak melakukannya?
Ibnu Qoyim Aj Jauziyah, salah seorang murid Ibnu Taimiyah pernah menentang argumentasi yang serupa dengan argumentasi bin Baz, beliau berkata :
والقائل أن أحدا من السلف لم يفعل ذلك قائل مالا علم له به فإن هذه شهادة على نفي ما لم يعمله فما يدريه أن السلف كانوا يفعلون ذلك ولا يشهدون من حضرهم عليه بل يكفي اطلاع علام الغيوب على نياتهم ومقاصدهم
Seorang yang berargumen dengan mengatakan, "Tidak ada seorang pun dari salaf yang melakukannya" merupakan seorang yang berkata mengenai sesuatu yang tidak ia ketahui. Sebab pernyataan tersebut merupakan bentuk persaksian atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Bagaimana ia dapat mengetahui? Mungkin saja para salaf melakukannya dengan tanpa menunjukkan perbuatannya kepada orang lain yang bersamanya dan merasa cukup dengan pengetahuan Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib atas niat dan maksud mereka."
[Ar Ruh, juz 1, hal. 143]
Pandangan Ibnu Taimiyah mengenai Maulid
Ibnu Taimiyah mengembalikan hukum merayakan maulid kepada niat pelakunya. Jika ia melakukannya dengan didasari kecintaan yang dalam kepada Rasulullah ﷺ maka ia akan mendapatkan pahala dari Allah azza wa jalla, namun jika perbuatannya itu didasari keinginan untuk melakukan hal baru dalam agama maka itu merupakan perbuatan bid`ah yang tercela. Beliau berkata :
وكذلك ما يحدثه بعض الناس إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام وإما محبة للنبي صلى الله عليه و سلم وتعظيما له والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد لا على البدع من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه و سلم عيدا
"Begitu pula mengenai hal yang dilakukan sebagian manusia (maulid) ini bisa jadi merupakan tindakan menyerupai pemeluk nasrani dalam merayakan hari kelahiran Nabi isa atau bisa jadi merupakan perbuatan yang didorong oleh rasa cinta kepada Nabi ﷺ dan mengagungkan Beliau. Allah memberikan pahala atas kecintaan dan usaha ini bukan atas bid`ah dengan menjadikan maulid Nabi ﷺ sebagai hari Ied."
[Iqtidha Shirath, hal. 268]
Jadi dalam pandangan Ibnu Taimiyah, niatlah yang menentukan apakah maulid itu dihukumi baik atau buruk. Maka tidak heran jika beliau secara tegas menyatakan bahwa seorang yang mengagungkan maulid dengan tujuan yang baik akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar. Pernyataan ini terdapat di dalam salah satu kitab beliau, di sana dinyatakan :
فتعظيم المولد واتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده وتعيظمه لرسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ، كما قدمته لك أنه يحسن من بعض الناس، ما يستقبح من المؤمن المسدد
"Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai acara rutin, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah ﷺ. Sebagaimana yang telah aku jelaskan, sesungguhnya dianggap baik bagi sebagian orang perbuatan yang dianggap jelek bagi kaum muslim yang lurus."
[Iqtidha Shirath, hal. 268]
Mengenai Sulthan Mudzafar, Abu Said Kukburi sang pecinta maulid
Para murid Ibnu Taimiyah memiliki pandangan yang sama dengan gurunya, mereka tidak pernah pernah mempermasalahkan perayaan maulid. Mereka juga tidak menganggapnya sebagai hal yang dapat mengurangi derajat seseorang. Bahkan mereka memuji salah seorang pecinta maulid terbesar, gubernur Irbil. Raja Muzhofar, Abu Said Kukburi bin Ali.
Adz Dzahabi, salah seorang murid Ibnu Taimiyah menceritakan mengenai kecintaan Abu Said Kukburi kepada maulid :
وأما احتفاله بالمولد فيقصر التعبير عنه، كان الخلق يقصدونه من العراق والجزيرة
"Mengenai perayaan yang dilakukannya (Shulthan Mudzafar) untuk memperingati Maulid itu merupakan hal yang tak dapat diungkapkan. Orang banyak mendatanginya dari Irak dan Jazirah."
Bersamaan dengan itu Adz Dzahabi mensifati beliau dengan :
وكان متواضعا، خيرا، سنيا، يحب الفقهاء والمحدثين، وربما أعطى الشعراء،
"Beliau merupakan seorang yang tawadhu, baik hati dan sunni (beraqidah ahlu sunnah), mencintai ulama fiqih dan hadits dan terkadang berderma kepada penyair."
[Siyar `Alam Nubala, juz 22, hal. 336]
Perhatikan bagaimana Adz Dzahabi mensifati beliau sebagai seorang yang sunni meskipun ia sering mengumpulkan banyak orang untuk melakukan maulid. Seandainya maulid dipandang sebagai hal yang dapat merusak agama tentunya Adz Dzahabi akan mengomentari masalah ini. Kenyataannya beliau sama sekali tidak menyanggah mengenai perayaan maulid yang dilakukannya, bahkan beliau memujinya dengan pujian yang banyak.
Hal yang sama dilakukan oleh Ibnu Katsir, murid Ibnu Taimiyah yang lain. Beliau mensifati Abu Said dengan :
وكان يعمل المولد الشريف في ربيع الاول ويحتفل به احتفالا هائلا، وكان مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه. وقد صنف الشيخ أبو الخطاب ابن دحية له مجلدا في المولد النبوي سماه: ” التنوير في مولد البشير النذير “، فأجازه على ذلك بألف دينار،
"Dan beliau merayakan maulid yang mulia di bulan Rabiul Awal dengan perayaan yang meriah. Bersamaan dengan itu beliau merupakan seorang patriot yang berani, perkasa, berjiwa pahlawan, cerdas, alim, dan adil, semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat kembalinya. Syaikh Abul Khathab bin Dihyah menulis untuknya satu jilid kitab mengenai maulid Nabi yang diberi judul “At Tanwir fi Maulidil Basyirin Nadzir” maka beliau memberinya hadiah sebesar seribu dinar."
[Bidayah wa nihayah, juz 13, hal. 159-160]
Seandainya maulid adalah hal yang bid`ah dan dapat menurunkan derajat seseorang tidaklah mungkin Imam Ibnu Katsir mendiamkan masalah ini bahkan memuji serta mendoakan tokoh yang mempopulerkan maulid.
Semua ini menunjukkan bahwa perayaan Maulid menurut Ibnu Taimiyah dan murid-muridnya bukanlah masalah besar yang perlu diperdebatkan. Ada kalanya maulid justru mendatangkan pahala yang besar jika didasari oleh niat yang mulia sebagaimana yang telah dikatakan Ibnu Taimiyah. Maka sudah semestinya bagi kaum Wahabi untuk meninjau ulang fatwa tentang bid`ahnya maulid, atau minimal tidak berkoar-koar menyalahkan mayoritas ulama dan kaum muslim yang memperbolehkan perayaan maulid. Dan apabila mereka masih bersikeras menjuluki “ahlu bid`ah” kepada pelaku maulid silahkan tujukan julukan tersebut pertama kali kepada “Syaikhul Islam” yang mengatakan di dalam perayaan maulid terdapat pahala yang besar bagi yang memiliki niat mulia, dan silahkan tujukan pula pada murid-muridnya yang justru memuji tokoh yang mempopulerkan maulid tanpa satu pun sanggahan atas perayaan maulid yang diadakannya.
Mampukah?
Wallahu A'lam
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰
No comments:
Post a Comment