KH. Hasyim Asy’ari |
“Barangsiapa yang mengaku dirinya wali tanpa kesaksian bahwa dia mengikuti syari'at Nabi Muhammad ﷺ, maka pengakuan tersebut dusta bohong.”
[Hasyim Asy’ari, Al-Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 4]
[Hasyim Asy’ari, Al-Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 4]
Syeikh Hasyim berpendapat, wali tidak akan memamerkan dirinya sebagai wali. Justru seorang sufi tidak menyukai popularitas. Beliau mengatakan, “Jenis fitnah itu banyak sekali. Di antara yang banyak merusak seorang hamba adalah pengakuan seseorang menjadi guru tarekat dan wali. Bahkan sampai mengaku dirinya wali quthb, dan imam mahdi. Padahal mereka bukan ahli syari'at.”
[Al-Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 1]
Sedangkan kaum muslimin, banyak yang tertipu mengikuti ajakan yang bermacam-macam tanpa memikirkan apakah ajakan itu haq atau batil, benar atau salah, tidak mengikuti norma-norma yang disebutkan dalam kitab fiqih.
Dikatakan bahwa karakter seorang wali justru menyembunyikan kewalian dan mengedepankan tawadhu’. Beliau mengatakan, “Wali itu tidak membuka jalan popularitas dan juga tidak melakukan pengakuan akan kewaliannya. Bahkan kalau bisa ia akan menyembunyikannnya. Karena itu orang yang ingin terkenal dalam hal tersebut, bukanlah ia seorang ahli thariqah.”
[Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 9]
Seorang wali, menurut Syeikh Hasyim adalah seseorang yang dipelihari oleh Allah Subhanahu Wata’ala dari melakukan dosa besar, terjerumus oleh hawa nafsunya sekalipun hanya sekejab, bila melakukan dosa ia bersegera bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Inilah tiga ciri khas dan utama dari seorang wali.
Karena itu, seorang wali menjaga hak-hak Allah dan hak-hak seorang hamba Allah dengan cara mengikuti syari'at Rasulullah ﷺ. Atas dasar ini, Syeikh Hasyim berpendapat bahwa syarat menjadi wali adalah mahfudz (terjaga dari kemaksiatan). Artinya terjaga dari terus-menerus berada dalam kesalahan dan kekeliruan. Apabila terjatuh kepada kesalahan, ia segara bertaubat dan kembali kepada kebenaran.
Seorang tidak dapat disebut wali jika ia meremehkan syari'at, mengejek al-Qur’an, membela kesesatan. Sifat pokok kewalian disebut oleh Syeikh Hasyim dengan “istiqamatu ‘ala adabi al-syari’ah al-Islammiyah” (istiqamah dalam adab syari'at Islam). Seseorang yang mengaku secara dusta bahwa dirinya wali, sesungguhnya orang tersebut tertipu oleh bujuk setan. Beliau mengatakan :
فكل مى كان للشرع اعتراض فهو مغرور مخدوع
“Setiap orang yang bertentangan dengan syari'at, maka orang tersebut tertipu oleh nafsu dan setan.” [Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 6]
Beliau sangat selektif dan ketat menerapkan syari'at dalam menilai kewalian seseorang. Tauhid dan syari'at adalah parameter utama. Dalam kisahnya, beliau tidak mudah melabelkan gelar wali pada seorang ulama’/kyai, meskipun kyai tersebut dzahirnya tidak terlihat melakukan dosa terus-menerus.
Kritik keras juga diungkapkan kepada konsep thariqah yang tidak melalui jalur syari'ah. Beliau bukanlah sufi yang anti-thariqah. Beliau dikenal menganut thariqah Qadiriyah Naqshabandiyah. Beliau berpendapat, thariqat mana saja yang ditempuh sesuai ajaran al-Qur’an dan Hadits boleh diikuti. Bagi beliau, dalam berthariqah dilarang mengkultuskan secara berlebihan di luar batas kepada guru sufinya. Beliau mengatakan, tidak boleh mengikuti ucapan guru thariqah yang bertentangan dengan syari'ah [Dhurar al-Muntatsirah fi al-Masa’il al-Tis’a ‘Asyarah, hal. 8]. Jika ada guru thariqah yang maksiat, maka harus ditinggalkan.
Dari sini tampak jelas bahwa, seorang sufi dalam pandangan Syeikh Hasyim adalah orang yang benar-benar menjaga adab. Adab kepada Allah, Rasulullah ﷺ dan hamba manusia dalam bentuk praktik syari'ah secara total. Dan membersihkan akidahnya dari aliran-aliran yang menyimpang dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Kritik Syeikh Hasyim Asy'ari untuk membentengi Islam dan umatnya dari pengaruh-pengaruh luar yang dikhawatirkan menyimpang dari ajaran syari'at Islam.
Oleh : Kholili Hasib dalam hidayatullah.com edisi 30/4/13
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰
No comments:
Post a Comment