Wednesday, March 29, 2017

Hukum menyeka/mengelap anggota badan setelah wudhu


Imam Al-Mahamili menyatakan, para ulama’ telah bersepakat bahwa menyeka/mengelap anggota badan yang dibasuh atau diusap, sesudah wudhu hukumnya tidak haram. Hanya saja mereka berselisih pendapat apakah huumnya makruh atau tidak?

Secara umum terdapat 2 pendapat dalam masalah ini, berikut ini penjelasan serta dalil masing-masing :

Monday, March 27, 2017

Penggunaan Sayyidina dalam Tasyahud Shalat


Shalawat kepada Nabi  dalam tasyahud akhir hukumnya wajib. Sedangkan shalawat kepada keluarga beliau, hukumnya adalah sunnah menurut ulama al-Syafi`iyah.[1]
Adapun lafaz shalawat kepada Nabi  dalam tasyahud akhir seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah  adalah :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد

(H.R. Bukhari[2] dan Ahmad[3])

Para ulama Syafi’iyah dan Hanafiyah mengatakan sunnat menambah perkataan sayyidina pada lafazh shalawat tersebut. Dalam kitab Hasyiah al-Bajuri, salah satu kitab Syafi’iyah dikatakan :
“Pendapat yang mu’tamad dianjurkan menambah perkataan sayyidina, karena padanya ada sopan santun.”[4]

Alhamdulillah Adalah Do'a Terbaik

Afdholu du’a, "Alhamdulillah"
Sayyid Idrus bin ‘Umar Al-Habsyi ra. berkata :

Orang yang memuji Allah sesungguhnya dia telah meminta tambahan nikmat dari Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلأَزِيْدَنَّكُمْ

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, maka Aku pasti akan menambah (nikmat) kepada kalian.” (QS. Ibrahim, 14 : 7)

Dari ayat ini dapat diketahui bahwa orang yang memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya adalah sedang berdoa kepada-Nya. Agar lebih jelas coba kau lihat seorang fakir yang berdiri di hadapan seorang kaya yang dermawan dan penuh pengertian serta memahami permintaan yang disampaikan dengan isyarat. Si fakir ini akan menyebutkan berbagai kebaikan, pemberian, dan karunia orang kaya tersebut. Pujian dan ucapan terimakasih si fakir ini sebenarnya bertujuan untuk meminta tambahan karunia dari orang kaya yang dermawan itu.[1]

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

[1] Sayyid Idrus bin ‘Umar Al-Habsyi, op. cit., hal. 16.

Sunday, March 26, 2017

Hukum Puasa Rajab


Bulan ini kita telah memasuki dalam bulan Rajab. Tidak sedikit kaum Muslimin di Indonesia, yang mentradisikan puasa Sunnah ketika memasuki bulan-bulan mulia seperti bulan Rajab. Persoalannya, ada beberapa yang mempersoalkan beragam tradisi ibadah dan keagamaan yang telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Nusantara, seperti puasa Sunnah di bulan Rajab yang selalu dipersoalkan oleh mereka dengan alasan bid’ah, haditsnya palsu dan alasan-alasan lainnya. Seakan-akan mereka ingin menghalangi umat Islam dari mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah puasa. Oleh karena itu tulisan ini, berupaya menjernihkan hukum puasa Rajab berdasarkan pandangan para ulama yang otoritatif.

Saturday, March 25, 2017

Asy'ariyyah


Siapakah Sebenarnya Asy'ariyyah?

Berawal dari pertanyaan yang tak terjawab dari member Piss-Ktb tentang kenapa dan mengapa harus mengikuti ASY'ARIYYAH, siapakah sebenarnya ASY'ARIYYAH??? 
Berikut saya coba buat catatan khusus yg semoga bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Friday, March 24, 2017

Shalawat Badawiyah Kubro

Shalawat Nuraniyah atau Shalawat Badawi Kubra atau Shalawat Syajarah al-Ashl an-Nuraniyyah merupakan salah satu shalawat agung milik Quthb al-Aqthab Sayyidi Asy-Syaikh Al-Imam Ahmad Al-Badawi Radhiyallahu 'Anhu.

Berikut ini teks Shalawat Nuraniyyah selengkapnya :

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدُنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ الأَصْلِ النُّورَانِيَّةِ وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ وَأَفْضَلِ الْخَلِيقَةِ الإِنْسَانِيَّةِ وَأَشْرِفِ الصُّورَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ وَمَعْدِنِ الأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ وَخَزَائِنِ الْعُلُومِ الإِصْطِفَائِيَّةِ صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ مَنِ انْدَرَجِتِ النَّبِيُّون تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً كَثِيراً وَالْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِينَ

Thursday, March 23, 2017

Al-Allamah As-Syeikh Muhammad Sa`id Ramadhan Al-Buthy Pernah Menolak Undangan "Maulid"?

Al-Allamah As-Syeikh Muhammad Sa`id Ramadhan Al-Buthy Pernah Menolak Undangan "Maulid"?

Ternyata Syahid Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al-Buthy ra pernah menolak untuk hadir di acara peringatan maulid (kelahiran). Ya, acara maulid! Tapi bukan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ, melainkan peringatan maulid Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri madzhab Wahhabi).

Maksud Bacaan Sirr (Suara Pelan) Dan Jahr (Suara Keras) Serta Ukurannya

Pertanyaan :

Abdur Rohim

Assalamu'alaikum wr wb...

Kepada Yai, Nyai, Ustadz, dan Ustadzah PISS-KTB. Dalam sholat ada bacaan Siir dan Jahr. Maksud "Siir", itu Pelan atau Dalam Hati ??? Saya lebih sering baca dalam hati daripada pelan... Apa saya salah ??? Kalau pelan, pelannya harus bagaimana ??? Mohon bimbingannya... terima kasih.

Jawaban :

Muhammad Fawwaz Kurniawan

Wa'alaikumussalam, ini kesalahan yang sering dilakukan masyarakat bahwa maksud sirr adalah suara pelan bukan dalam hati, jika anda dalam sholat membaca rukun2 qouli seperti al-Fatihah, tasyahud akhir dalam hati, maka ini sholatnya tidak sah melainkan kita harus membacanya sekiranya telinga kita terdengar baik jama'ah maupun munfarid. silahkan lihat di hasyiyah bajuri.

Wednesday, March 22, 2017

Aqidah Aswaja : Allah Tidak Bertempat di Langit

Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...
Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Allah adalah Dzat yang keberadaan-Nya tidak `harus` terikat berada di tempat mana, termasuk tidak berada di langit maupun di surga. Karena Allah itu bukan makhluk yang membutuhkan tempat. Allah adalah Dzat yang berdiri sendiri, dan tempat itu adalah makhluk. Sedangkan langit juga adalah makhluk, dan tempat yang berada di bawah serta di atas langit juga makhluk. Semua makhluq, termasuk langit, dan tempat yang berada di atas maupun di bawah langit itu adalah ciptaan Allah, sedangkan sebelum Allah menciptakan makhluk, Allah tidak membutuhkan apapun terhadap makhluk. Termasuk tidak butuh makhluk yang bernama tempat.

Kisah Teladan Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari Saat Bersama Gurunya, KH. Kholil Bangkalan

KH. Hasyim Asy’ari
Salah satu rahasia seorang murid bisa berhasil mendapatkan ilmu dari gurunya adalah taat dan hormat kepada gurunya. Guru adalah orang yang punya ilmu. Sedangkan murid adalah orang yang mendapatkan ilmu dari sang guru. Seorang murid harus berbakti kepada gurunya. Dia tidak boleh membantah apalagi menentang perintah sang guru (kecuali jika gurunya mengajarkan ajaran yang tercela dan bertentangan dengan syari'at Islam, maka sang murid wajib tidak menurutinya). Kalau titah guru baik, murid tidak boleh membantahnya.

Wajibkah Membaca Fatihah Bagi Makmum..?


Menurut ulama Syafi'iyyah wajib bagi makmum membaca Fatihah kecuali makmum masbuk, yakni makmum yang baru mengikuti imam diwaktu rukuk, maka kewajiban baca Fatihah gugur atau mengikuti imam disaat berdiri, tapi hanya bisa membaca sebagian ayat dari surat al-Fatihah saja, maka sebagian setelahnya juga gugur karena sudah ditanggung imam.

Menurut ulama Hanafiyyah hukum makmum membaca Fatihah adalah makruh tahrim, baik shalat Sirriyyah maupun shalat Jahriyyah.

Melafadzkan Niat Ketika Akan Melaksanakan Sholat Menurut Para Imam Madzhibul Arba’ah Bukanlah Bid’ah Dholalah


Hukum Melafadzkan Niat Menurut Para Ulama Wahabi

Sebagaimana kita kita ketahui bahwasanya para ulama Wahabi memvonis dan memfatwakan bid’ah dholalah (karena mereka hanya mengenal sebutan bid’ah itu hanya untuk satu macam saja, yaitu bid’ah dholalah, yang pelakunya di ancam masuk ke dalam neraka) kepada kaum muslimin yang dalam praktek sholatnya melafadzkan niat ketika akan melakukan Takbirotul ihram.

Fatwa- Fatwa yg membabi buta ini diantaranya dapat kita lihat di bawah ini :

Tuesday, March 21, 2017

Peristiwa 6 Syawal 8H : Perang Hunain


Ucapan Rasulullah ﷺ Yang Menyebabkan Golongan Anshar Menangis - Sheikh Dr. Ramadhan Al-Buthy

Dipetik Dari Sirah Nabawiyah karangan Al-Allamah As-Syeikh Muhammad Sa`id Ramadhan Al-Buthy.

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Kepada para mualaf penduduk Makkah yang baru masuk Islam Rasulullah ﷺ memberikan ghanimah dan sejumlah pemberian untuk mengikat hati mereka kepada Islam. Tetapi ada sebagian kaum Anshar yang merasa keberatan atas tindakan ini, mereka berkata, "Semoga ALLAH mengampuni Rasul-NYA, Baginda ﷺ memberikan Quraisy dan membiarkan kita padahal pedang-pedang kita masih menitiskan darah."

Setelah mendengar berita tersebut, Rasulullah ﷺ kemudian memerintahkan agar orang-orang Anshar dikumpulkan di suatu tempat khusus. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah ﷺ berdiri di hadapan mereka menyampaikan khutbah khususnya :

Shalawat Thariqah

Ust. Lukman Nur Hakim - Sholawat Thoriqiyyah By TQN PP Suryalaya

~ Diijazahkan dan diterima dari Dr. KH. Idham Chalid Jakarta

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى ۞ مُحَمَّدٍ وَآلٍ وَصَحْبٍ أَجْمَعِيْنَ

Allahumma shalli wasallim ‘ala ۞ Muhammadin wa alin washahbin ajma’in.

اللَّهُمَّ اهْدِنَا الطَّرِيْقَ الْمُسْتَقِيْمَ ۞ طَرِيْقًا مِنَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Allahummahdina ath-thariqal mustaqim ۞ Thariqan minallahi Rabbil ‘alamin.
(Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan dari Allah Tuhan semesta alam)

Bid’ah Hasanah dari Masa ke Masa


Definisi Bid’ah

Imam Izzuddin bin Abdissalam, ulama syafi’iyah, mendefinisikan bid’ah dalam kitabnya, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam (2/48) sebagai berikut, “Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah .”

Definisi senada juga dikemukakan oleh Imam an-Nawawi. Beliau berkata, “Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang baru yang belum ada pada masa Rasulullah .” (Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat,3/22)

Pembagian Bid’ah

Moyoritas ulama Ahlussunnah wal Jamaah membagi bid’ah menjadi dua, yaitu bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) dan bid’ah madzmûmah (bid’ah yang tercela). Dalam hal ini, Imam asy-Syafi’i –mujtahid besar dan pendiri mazhab syafi’iyah–, berkata, “Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam : pertama, suatu yang baru yang menyalahi al-Qur’an, Sunnah, atau Ijma’, dan itu disebut bid’ah dhalalah (tersesat). Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan dan tidak menyalahi al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’, dan itu disebut bid’ah yang tidak tercela.” (al-Baihaqi, Manaqib asy-Syafi’i,1/469)

Imam an-Nawawi dalam kitabnya, Tahdzîb al-Asmâ’ wa al-Lughât (3/22) juga membagi bid’ah pada dua bagian. Beliau berkata, “Bid’ah terbagi menjadi dua, bid’ah hasanah (baik) dan bid’ah qabîhah (jelek).”

Penjelasan Ulama Masyhur Tentang Bid'ah

Berikut adalah pandangan-pandangan beberapa ulama salaf yang diakui dunia Islam tentang ketaqwan dan keilmuan mereka tentang masalah Bid’ah.


A. Al-Imam asy-Syafi’i

Sumbangan besar al-Imam asy-Syafi`i RA dalam ilmu Usul Fiqih ialah pembagian beliau terhadap makna ‘perkara baru’ (Bid‘ah) menjadi dua hal pokok, bid’ah hasanah dan sayyiah.

Pendapat beliau ini diriwayatkan secara shahih dari dua murid beliau yang terkenal pada zaman akhir kehidupan beliau, yaitu ulama pakar Hadits Mesir yang bernam Harmala bin Yahya at-Tujaybi dan ar-Rabi` bin Sulaiman al-Muradi.

Harmala berkata, “Aku mendengar al-Imam asy-Syafi’i RA berkata : “Bid‘ah itu ada dua macam: Bid‘ah yang terpuji (bid‘ah mahmudah) dan bid‘ah tercela (bid‘ah madzmumah). Apa yang sesuai dengan Sunnah itu terpuji dan apa yang bertentangan itu tercela.”[1]

Pengertian Bid'ah dan Pembagiannya Menurut Para Ulama


Mengkaji bid'ah tentu adalah sebuah keniscayaan bagi kita selaku umat islam agar senantiasa bisa mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ dan mejauhkan diri dari perbuatan dlalalah (kesesatan). Oleh sebab itu, mari kita sama-sama mengkaji bid'ah dengan hati yang bersih tanpa dengki, tentunya diiringi dengan niat ikhlas karena Allah SWT.

PENGERTIAN BIDAH

Bid'ah (بدعة) secara bahasa memiliki arti perkara baru yang belum ada sebelumnya. Maka setiap perkara baru yang belum pernah ada sebelumnya dinamakan bid'ah. Allah SWT dalam Asma al-Husna memiliki nama al-badi' (البديع) yang artinya Maha Pelaku Bid'ah, atau Maha Menciptakan Segala sesuatu perkara yang belum ada sebelumnya.

Adapun pengertian bid'ah secara istilah syara' adalah sebagaimana dikemukakan oleh para ulama berikut :

Ibnu Rojab al-Hanbali dalam kitab Jami' al-'Ulum wa al-Hikam, beliau berkata :

ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺙ ﻣﻤﺎ ﻻ ﺃﺻﻞ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺒﺪﻋﺔ ﺷﺮﻋﺎ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ ﻟﻐﺔ

Artinya : "Yang dimaksud dengan bid'ah adalah perkara baru yang tidak ada asalnya dalam syari'at untuk dijadikan dalil. Adapun perkara yang memiliki pokok syara' yang bisa menjadi dalil atasnya, maka itu bukan bid'ah menurut istilah syara'. Meskipun secara bahasa hal tersebut termasuk bid'ah."

Monday, March 20, 2017

KH. Syarwani Abdan Al Banjary (Guru Bangil)

KH. Syarwani Abdan Al Banjary (Guru Bangil)
Guru Bangil yang bernama lengkap H. Muhammad Sjarwani Abdan bin H. Muhammad Abdan bin H. Muhammad Yusuf bin H. Muhammad Shalih Siam bin H. Ahmad bin H. Muhammad Thahir bin H. Syamsuddin bin Sa’idah binti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dilahirkan di Kampung Melayu Ilir Martapura. Tidak diketahui secara pasti kapan tanggal kelahiran beliau, dari beberapa catatan yang ada hanya dituliskan tahun kelahiran beliau, yakni pada tahun 1915 M/1334 H.

Mbah Kyai Hamid Pasuruan

Mbah Kyai Hamid Pasuruan
Kiai Hamid lahir pada tahun 1333 H (bertepatan dengan 1914 atau 1915 M) di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya di dukuh Sumurkepel, desa Sumbergirang. Sebuah pedukuhan yang terletak di tengah kota kecamatan Lasem. Begitu lahir, bayi itu diberi nama Abdul Mu’thi. Itulah nama kecil beliau hingga remaja, sebelum berganti menjadi Abdul Hamid.

Abdul Mu’thi kecil biasa dipanggil “Dul” saja. Tapi, seringkali panggilan ini diplesetkan menjadi “Bedudul” karena kenakalannya.
Kesabarannya memang diakui tidak hanya oleh para santri, tapi juga oleh keluarga dan masyarakat serta umat islam yang pernah mengenalnya. Sangat jarang ia marah, baik kepada santri maupun kepada anak dan istrinya. Kesabaran Kiai Hamid di hari tua, khususnya setelah menikah, sebenarnya kontras dengan sifat kerasnya di masa muda.

Habib Ja'far Bin Syaikhan Assegaf (Ulama Pasuruan Ahli Al-Qur'an)

Habib Ja'far Bin Syaikhan Assegaf
Nama lengkap beliau Habib Ja’far bin Syaikhan bin Ali bin Hasyim bin Syeikh bin Muhammad bin Hasyim Assegaf. Lahir di kota Ghurfah, Hadramaut pada tahun 1298 H. Sejak kecil hinga remaja beliau berguru kepada para ulama ulama masyhur di Hadramaut. Sebagaimana kebanyakan dari para ulama ulama salafus soleh di Hadramaut pada waktu itu yang hijrah dan berdakwah keberbagai pelosok, Habib ja’far pun mengikuti pendahulunya untuk hijrah dan berdakwah keluar dari Hadramaut Yaman. Dan beliau menetap pertama kali di kota Surabaya hingga akhirnya beliau menetap di Pasuruan serta mendirikan Majlis ta’lim dan Dzikir yang hingga sekarang masih di teruskan oleh salah seorang cucu beliau bernama Habib Taufiq bin Abdul qodir Assegaf.

Sunday, March 19, 2017

Seorang Wanita Dan Wahabi

Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki bercerita :

Dahulu Ada Seorang wanita sedang berdiri di hadapan makam Nabi  sambil mengucapkan, "Wahai Rasul, aku berharap syafa'atmu."

Lalu seorang wahabi melihatnya dan berkata, "Wahai wanita, kenapa kamu memanggil orang yg tidak dapat mendengar dan memberi manfaat, tongkatku ini lebih baik dan manfaat dari Muhammad. Kalau kamu ingin bukti ikutlah denganku."

Maka wanita itu keluar masjid bersamanya dan menemukan unta yang sedang duduk. Wahabi itu berkata kepada unta tersebut, "Wahai unta, berdiri karena menghormati Muhammad, bangunlah dengan kemuliaan Muhammad, aku bertawassul kepadamu dengan Muhammad supaya kamu berdiri."

Kenapa Harus Kitab Kuning? Tidak Langsung Al-Qur'an dan Sunnah Saja

Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...

Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Fenomena penolakan sebagian kalangan terhadap konsep Taqlid untuk kaum awam menimbulkan polemik bagi ummat Islam, terutama bagi orang seperti kita yang tidak memiliki kemampuan untuk memahami agama langsung dari sumbernya yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah (Hadits).

Disamping itu keengganan untuk bermadzhab (baca; Taqlid) telah serta merta membangkitkan semangat sebagian ummat Islam untuk beristinbath (menggali hukum langsung dari sumbernya, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah) tanpa disertai sarana yang memadahi. Dan akibatnya dapat kita rasakan, betapa spirit agama yang semestinya adalah Rahmatan Lil ‘Alamiin berubah menjadi Fitnah Perpecahan diantara sesama ummat islam.

Oleh karenanya sebelum kita melepaskan diri dari mata rantai bermadzhab (Taqlid) sebaiknya kita bercermin diri setidaknya tentang beberapa hal :

Mengapa Bermadzhab?

Oleh Syeikh Dr. Amru Wardani

Mereka berkata : Kamu bermadzhab karena kamu seorang yang fanatik!

Saya jawab : Tidak! saya bukan fanatik. Saya berlindung dengan Allah daripada sifat fanatik. Saya bermadzhab karena saya melihat bahwa madzhab-madzhab fiqh semuanya :

1) Musannadah :
Madzhab-madzhab ini memiliki sanad sampai kepada Rasulullah  sehingga kesahihannya terjamin.

Syeikhoh Sulthonah, Robi’atul ‘Adawiyah-nya Hadramaut

Hauthoh Sulthonah
Terkadang seseorang itu beranggapan bahwa jika bukan keturunan orang alim tidak akan menjadi orang alim. Ini adalah anggapan yang bathil dan anggapan seperti ini timbul dari syaithon yang membuat semangat kita lemah.

Kita lihat wanita di bawah ini, seorang yang biasa bukan dari keturunan orang sholeh tapi memiliki semangat dan kemauan untuk menjadi wanita sholehah. Beliau Syaikhoh Sulthonah, tumbuh besar di keluarga Badui yang kesehariannya akrab dengan menggembala binatang ternak, dengan keperibadian yang kuat serta sifat-sifat lainnya yang terdapat pada diri penduduk badui. Walaupun demikian Syaikhoh Sulthonah tidak seperti kebanyakan anak-anak sebayanya, ia lebih senang menyendiri dari keramaian teman-temannya yang bersifat kekanak-kanakan sehingga ketika usianya merangkak dewasa Syaikhoh Sulthonah mulai tidak menyukai tradisi kehidupan badui yang diwarnai dengan kekerasan dan kezaliman. Selain itu ia juga mulai menyelusuri jalan fitrahnya yang menuntunnya kepada iman dan membawanya kepada ketenangan jiwa.

Islamuna.info Google-nya ASWAJA

Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...
Bismillahirrahmanirrahim.

Dikit-dikit mbah google
dikit-dikit mbah google
Seluruh dunia berguru kepada mbah google
Mulai dari yang zindiq sampai yang tashawuf dia tahu

Hingga banyak orang awam sulit membedakan mana yang benar, mana yang salah. Mana situs aswaja, mana yang sawah. Mana situs yang diridhoi, mana pula yang tidak.

Oleh karena itu jika anda mau bertanya tentang dunia Islam, baik hukum maupun informasi keislaman yang lain, gunakan selalu www.islamuna.info.

Insya Allah kami jamin anda tidak akan tersesat kepada situs-situs tetangga.

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰
۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Qasidah Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad

Berikut daftar Qasidah dari Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad beserta link untuk men-downloadnya.


01. Ya Saiyidi Ya Rasulullah
02. Ya Rabbi Ya Alimal Hal
03. Ya Rasulullah Salamun Alaik
04. Ala Yallah Bi Nadzrah
05. Qad Kafani Ilmu Rabbi
06. Salamun Salamun Kamiskil Khitam
07. Alaikabi Taqwallah
08. Ya Dzaljalali Wal Ikram

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰


۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Qasidah Majlis Ar-Raudhah

Berikut daftar Qasidah dari Majlis Ar-Raudhah beserta link untuk men-downloadnya.

Majlis Ilmu & Dzikir Ar-Raudhah
1. Allah Allah Allah
2. Darkah Ya Ahlal Madinah
3. Dauni
4. Laa ilaaha Illallah
5. Madad Ya RasulAllah
6. Qamarun
7. Shalatullahi Taghsyakum
8. Shollû ‘alâ nûrilladzî ‘arojas-samâ’
9. Ya Habibana Ali
10. Ya Maulidal Musthofa
11. Ya Robbana

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰


۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Qasidah Majlis Riyadlul Jannah

Berikut daftar Qasidah dari Majlis Riyadlul Jannah beserta link untuk men-downloadnya.

Majlis Maulid wat Ta'lim Riyadlul Jannah
1. Al Qolbul Mutayyam
2. Alfa Sholallah (v.1)
3. Allah Allahu ~ Syi'ir Kota Malang @ Balai Kota Malang (30 Desember 2015)
4. Allah Allahu ~ Syi'ir Rindu Guru
5. Allah Allahu + Sidnan Nabi (Damai Baliku) + Lir Ilir + Allahuma Sholli'ala Muhammad @ Bali Bershalawat (24 Agustus 2013)
6. Allahu Allah + Sidnan Nabi + Ya Taiba + Anta nuskhotul akwaan - ust. Habibi
7. Allahul Kafi Robbunal Kafi
8. Anal Islam
9. Annabi Shollu 'Alayhi

Qasidah Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf

Berikut daftar Qasidah dari Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf beserta link untuk men-downloadnya.

Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
Vol. 1
1. Allohu Alloh
2. Ya Waridal Mustofa
3. Antal Amin
4. Ilaahi Nas’aluk Bil Ismil A’dzom
5. Da’uni
6. Ahlan Wa Sahlan Binnabi
7. Ya Robbi Ya ‘Alimal Hal

Pengertian Ahlussunnah Wal Jama'ah

Assalaamu 'Alaikum Wa Rohmatullaahi Wa Barokaatuh ...

Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wash-sholaatu Was-salaamu 'Alaa Rasuulillaah ...
Wa 'Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalaah ...

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ada 3 suku kata yang membentuknya, yaitu :

1. Ahlun bermakna :

a. Keluarga (Ahlul bayt, keluarga rumah tangga)
b. Pengikut (Ahlussunnah, pengikut sunnah)
c. Penduduk (Ahlul Jannah, penduduk surga)

2. As-Sunnah dalam kitab Risalah Ahl al-Sunnah Wal al-Jama’ah karya Hadrotus Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari[1] :

اَلسُّنَةُ لُغَةً اَلطَّرِيْقَةُ وَلَوْ غَيْرَ مَرْضِيَّةٍ، وَشَرْعًا اِسْمٌ لِلطَّرِيْقَةِ الْمَرْضِيَّةِ الْمَسْلُوْكَةِ فِي الدِّيْنِ سَلَكَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرُهُ مِمَّنْ هُوَ عَلِمَ فِي الدِّيْنِ كَالصَّحَابَةِ ، لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ، وَعُرْفًا مَا وَاظَبَ عَلَيْهِ مُقْتَدِى نَبِيًّا كَانَ أَوْ وَلِيًّا، وَالسُّنِّي مَنْسُوْبٌ إِلى السُّنَّةِ اهـ (حضرة الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة ,ص٥).

a. Menurut lughowi (bahasa) : Jejak dan langkah walaupun tidak diridhai Allah SWT
b. Secara syar’i : Jejak yang diridhai Allah SWT dan menjadi pijakan dalam agama, yang pernah ditempuh oleh Rasulullah ﷺ atau orang yang menjadi panutan dalam agama seperti sahabat.
c. Secara ‘urfi (tradisi) : Ajaran yang dilalui oleh seorang panutan dalam agama, seperti nabi atau wali. (Risalah Ahl al-Sunnah Wal al-Jama’ah hal. 5)

Aswaja Info

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Blog ini insya Allah akan kami isi dengan berbagai artikel dan ulasan tentang Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah, baik tentang ajaran dan ilmu-ilmunya, biografi para ulama dan tokoh-tokohnya, maupun tentang dalil-dalil amalan yang ada di dalamnya.

Semoga isi dari blog ini dapat membantu dan membawa manfaat serta barokah bagi penulis dan bagi setiap yang membacanya.
Aamiin...

۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰ ۰۞۰

Berdosakah Kita Bila Tidak Mengamalkan Hadits Shahih?

Pertanyaan : Assalamu ‘alaikum wr. wb. Bila ada hadits yang shahih dan telah disepakati keshahihannya oleh para ulama ahli hadits,...